Skip to main content

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Termoregulasi pada BBLR


ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA BAYI Ny. Nur DENGAN MASALAH KEBUTUHAN KENYAMANAN TERMOREGULASI (HIPOTERMIA) DI RUANGAN NEONATUS RSUD AHMAD YANI METRO TAHUN 2012


  1. BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur.
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dibagi menjadi 2 golongan:
a.       Prematuritas Murni
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).
b.      Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm dan post term. Dismatur ini dapat juga = Neonatus Kurang Bulan  – Kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK), Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK),  Neonatus Lebih Bulan -  Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).


  1. HIPOTERMIA
A.    Definisi Hipotermia
1)      Dep.kes.RI.1994
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360c.
2)      Sarwono Prawirohardjo : 2002
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh dibawah 36,50 C
3)      menurut Indarso, F, 2001
hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
4)      menurut Sandra M.T. (1997)
 hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.

B.     Prinsip Hipotermia
Suhu tubuh normal bayi baru lahir berkisar 36,50c ­– 37,50c pada pengukuran suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu tubuh <36 sup="sup">0
c atau kedua kaki teraba dingin. Bila suhu tubuh teraba dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (320c - 360c), disebut hipotermia berat apabila suhu tubuh <32 sup="sup">0c. Untuk mengukur suhu hipotermia di perlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 250c. Di samping suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metabolik anaerobik, meningkatkan kebutuhan okksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian.
(Sarwono prawirohardjo 2002).
           
Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1.      Jaringan lemak subkutan tipis.
2.      Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3.      Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4.      BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. (Indarso, F, 2001).
5.      Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermia. ( Klaus, M.H et al, 1998).

C.    Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir
1.      Radiasi
Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin dan objek tidak langsung berhubungan dengan bayi. Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas, udara dingin.

2.      Konduksi
Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke obyek yang dingin. Contoh: pakaian bayi yang basah dan tidak cepat di ganti, tangan bidan  / perawat yang dingin, tempat tidur atau stetoskop.

3.      Konveksi
Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Contoh:bayi diletakkan didekat pintu atau jendela yang terbuka.

4.      Evaporasi
Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi(menguap) air dari kulit tubuh bayi.Contoh cairan amnion pada bayi baru lahir. (Indarso, F, 2001).

D.    Penyebab Terjadinya Hipotermia
1.      Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum  berfungsi sempurna
2.      Permukaan tubuh bayi relatif luas
3.      Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan dan menyimpan panas
4.      Bayi belum mampu mengatur suhu posisi tubuh dan pakaian agar tidak kedinginan

E.      Penilaian Hipotermia Bayi Baru Lahir
1.      Gejala hipotermia bayi baru lahir
a.       Bayi tidak mau minum/menyusui
b.      Bayi tampak lesu atau selalu mengantuk
c.       Tubuh bayi teraba dingin
d.      Dalam keadaan hipotermia berat denyut jantung janin menurundan kulit tubuh bayi mengeras(skelerema) terutama bagian punggung, tungkai, dan lengan
e.       Wajah bayi berwarna mewrah terang
f.       Hipotermia menyebabkan terjadinyaperubahan metabolisme tuubuh yang akan berakhir dengan kegagalan  fungsi jantung, ikterus dan kematian
2.      Tanda-Tanda Hipotermia Sedang (stres dingin)
a.       Aktivitas berkurang (letargis)
b.      Tangisan lemah
c.       Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
d.      Kemampuan menghisap lemah
e.       Kaki teraba dingin
f.       Jika berlanjut akan timbul cidera dingin
3.      Tanda-Tanda Hipotermia Berat (cidera dingin)
a.       Sama dengan hipotermia sedang
b.      Bibir dan kuku kebiruan
c.       Pernafasan lambat
d.      Pernafasan tidak teratur
e.       Bunyi jantung lambat
f.       Akan timbul hypoglikemia dan asidosis metabolik
4.      Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermia
a.       Muka, ujung kaki, dan tangan berwarna merah terang
b.      Bagian tubuh lainnya pucat
c.       Kulit mengegras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
(Sarwono 2002)

F.     Akibat Hipotermia
1.      Hipoglikemia asidosis metabolik.
2.      Kebutuhan oksigen meningkat.
3.      Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
4.      Shock.

G.    Penanganan
1.      Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir untuk mencegah terjadinya serangan dingin, setiap bayi baru lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih ( sebaiknya handuk dihangatkan terlebih dahulu ). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat mulai kepala kemudian seluruh tubuh.
2.      Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
a.       Pada bayi lahir cukup bulan ( berat= 2500 gram ) langsung menagis kuat, maka memandikan bayi ditunda selama ±24 jam setelah setelah kelahiran pada saat memandikan bayi, sebaiknya menggunakan air hangat.
b.      Pada bayi lahir dengan resiko ( berat < 2000 gram ), sebaiknya memandikan bayi ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik ( suhu tubuh stabil ), bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
3.      Mengangatkan bayi didalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
4.      Ruang persalinan yang hangat.
5.      Resusitasi yang hangat.
6.      Pakaian dan lokasi tidur yang layak.
7.      Kontak antara bayi dan ibu.
Bayi diletakkan telungkup didada ibu agar terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalm satu pakaian ( merupakan teknologi tepat guna baru ) disebut sebagai metode kanguru. Sebaiknya ibu menggunkan pakaian longgar berkancing depan.
8.      Pemberian infus glukosa.
Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sering mungkin. Bila bayi tidak menhisap, diberi infus glukosa 10 % sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

H.    Manajemen
Dalam lingkungan pusat pelayanan kesehatan, diagnosis hipotermia dilakukan dengan mencatat suhu tubuh yang sebenarnya, yaitu dengan pengukuran melalui rektal, suhu rektal sangat akurat. Untuk mengetahui perkembangan, pantau temperatur setiap setengah jam sekali sampai suhu tubuh mencapai 36,5ºC. Kemudian setiap jam untuk 4 jam kemudian, 2 jam sekali untuk 12 jam kemudian dan 3 jam sekali untuk perawatan rutin.
Hipotermia sedang ( 32ºC -36ºC ) kontak kulit sebaiknya dilakukan diruangan tempat tidur hangat, penggunaan inkubator juga dapat dilakukan. Pemantauan setiap 15-30 menit sekali.
Hipotermia berat ( < 32ºC ) dapat menggunakan inkubator dengan suhu 34ºC -36ºC, dan jika suhu bayi telah mencapai 34ºC maka panas inkubator harus dikurangi, dapat pula menggunakan lampu pijar 200 watt atau lampu infra merah.
 
BAB II
TEORI MASALAH KEBUTUHAN DASAR

A.    Definisi termoregulasi
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh didalam  batas-batas normal.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi Termoregulasi
1.      Faktor situasi ( personal, lingkungan ).
2.      Faktor suhu tubuh.
3.      Benda- benda yang basah dan dingin ( pakaian, tempat tidur ).
4.      Permukaan tubuh yang basah.
5.      Pakaian yang tidak sesuai dengan cuaca.

C.    Penatalaksanaan
1.      Jika suhu tubuh dibawah normal ( hipotermia )
a.       Pasang selimut
b.      Pasang tutup kepala
c.       Kaji sumber-sumber lingkungan untuk mencegah kehilangan panas
d.      Letakkan bayi dalam inkubator dengan suhu sesuai kebutuhan
2.      Jika suhu diatas normal ( hipertermia )
a.       Lepaskan selimut
b.      Lepaskan tutup kepala jika dikenakan
c.       Kaji suhu lingkungan
d.      Berikan kompres hangat

BAB III
HASIL PENGKAJIAN PASIEN

A.    IDENTITAS PASIEN
1.                  Data Subyektif
a.       Identifikasi pasien
Nama               : By. Ny.Nur         Berat Badan       : 1.800 Kg
Umur               : 4 Hari                  Panjang Badan   : 45 Cm
Jenis Kelamin  : Laki-Laki            Tanggal Lahir     : 2 Juni 2012
Anak Ke          : Ke-2                   Tanggal Masuk    : 2 Juni 2012
Alamat                        : Sukorahayu                           Diagnosa Medis          : BBLR

b.      Keluhan utama
Akral dingin
c.       Riwayat penyakit
Pasien dengan BBLR dengan riwayat persalinan partus normal dengan usia saat pengkajian 3 hari pada tanggal 6 juni 2012 pasien masih hipotermia, akral dingin dan cyanosis pada ujung kaki. RR= 60 x/menit, HR= 135 x/menit, Temperatur= 35,4ºC.
d.      Data Biopsikososial
1)      Pola minum
Jumlah             : 8 CC
Jenis                : susu PASI
Frekuensi         : per 3 jam
2)      Pola eliminasi BAB
Jenis                : mekonium
Frekuensi         : 2 kali sehari
3)      Pola eliminasi BAK
Jenis                : kuning
Frekuensi         : 2 kali sehari
4)      Personal hygiene
Mandi              : secara dilap 2 kali sehari pagi dan sore
5)      Anal Hygiene
Dibersihkan dengan kapas lembab steril setelah buang air besar dan buang air kecil
6)      Oral hygiene
Dibersihkan dengan kapas lembab setelah pemberian ASI/PASI

2.                  Data Obyektif
a.       Pemeriksaan umum
1.      Keadaan umum
      Lemah, tangis kuat, gerak aktif, cyanosis pada ujung kaki, akral dingin.
2.      Kesadaran
Composmentis
3.      Tanda-tanda vital
Suhu    : 35,4ºC 
RR       : 60 x/menit 
HR      : 135 x/menit.
4.      Berat Badan
      1.800 gram
b.      Pemeriksaan fisik
1.      Rambut
Inspeksi           : warna hitam
Palpasi             : tekstur halus
2.      Mata
Konjungtiva    : agak kuning
Sklera              : ikterik
Klopak                        : cembung
3.      Hidung
Eksternal         : simetris
Kepatenan       : paten
Mukosa           : lembab
Polip                : tidak ada
4.      Mulut
Bibir                : kering
Mukosa           : normal, merah muda
Gigi                 : belum tumbuh
Gusi                 : normal
5.      Telinga
Posisi               : simetris
Keadaan          : bersih
Warna              : kemerahan

6.      Leher
Otot leher                    : normal
Kelenjar tiroid             : tidak ada pembesaran
7.      Dada
Inspeksi                       : bentuk simetris
Auskultasi                   :  terdengar bunyi jantung lupdup, suara nafas vaskuler.
8.      Abdomen
Inspeksi                       :  kulit tidak ada parut, bentuk simetris, tidak ada lesi.
9.      Ektremitas atas
Tidak ada edema, akral dingin.
10.  Ektremitas bawah
Tidak edema, akral dingin.
11.  Gentalia
Tidak ada edema dan tidak ada lesi
12.  Refleksi hisap dan menelan
Cukup baik tetapi menelan kurang baik
13.  Reflek hisap bayi
a.       reflek mencari puting (rooting)
b.      reflek menggenggam ( babinski)
c.       reflek moro/startie (terkejut)
d.      reflek menghisap (sucking)
e.       reflek ametrik tonik/tonok leher
f.       reflek melangkah (stepping)
c.       Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 06 juni 2012
1. Pemeriksaan  kadar bilirubin
                                                      Normal                                   
Bil indirek             9,89 mg/dl      00- 0,70
Bil direk                0,23 mg/dl      00- 0,20
Bil total                 10,12 mg/dl    01- 1,20

WBC         8,3       109 / L
RBC          4,49     10 /  L
HGB         16,9     g/dl
HCT          48,5     %
MCV         108      FL
MCH         37,6     Pg
MCHF       34,8     g/dl
PLT           395      109 / L
MON         1,8       109 / L
GRA         3,5       109 / L
LYM%                  36,1     %
MON%                 21,7     %
GRA%                  42,2     %
RDW CV              13,8     %
RDW CD              59,8     FL
PDW         17,1    
MPV         7,5       FL
P.LCR       0,229
PCT           O,296  %
2. Terapi berdasarkan anjuran dokter
a.       Tanggal 06 juni 2012
Diberikan pukul 10.00 dan 22.00
1.      Cefotaxime                 2x100 mg
2.      Ampicilin                    2x125 mg
3.      Dextrose                      3x 1/6 ampicilin
4.      Ondansetron               0,085 mg (jika bayi muntah)

B.     MASALAH PASIEN DAN DATA PENDUKUNG
Diagnosa         : BBLR
Masalah           :  Bayi usia 4 hari dengan gangguan kebutuhan kenyamanan termoregulasi  (hipotermia).
Data subjektif : -
Data objektif   :
1.      Kedaan umum lemah, akral dingin, dengan suhu tubuh 35,4ºC
2.      Cyanosis pada ujung kuku, sklera ikterik.
3.      Minum ASI/PASI 8cc per 3 jam.
4.      Terpasang infus dextrose ¼ s + 1cc aminopilin.
5.      Kulit tipis dan transparan.
6.      Terpasang NGT
7.      Klien dalam inkubator dengan suhu inkubator 33ºC

Intervensi :
1.      Awasi tanda-tanda hipotermi
2.      Tempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu 33ºC
3.      Kaji akral dan warna kulit
4.      Observasi tanda-tanda vital (terutama suhu tubuh)
5.      Awasi dan kontrol temperatur inkubator sesuai kebutuhan
6.      Hindari bayi daripengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh
7.      Ganti laken dan popok apabila basah dan kotor
8.      Terapi berdasarkan anjuran dokter
a.       Cefotaxime                       2x100mg
b.      Ampicilin                           2x125mg
c.       Dextrose                            3x1/6 aminopilin
d.      Ondansetron                      0,085

Implementasi
1.      mengawasi tanda-tanda hipotermi (suhu btubuh <36 c="c" p="p">
2.      menempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu 33ºC
3.      mengkaji akral dan warna kulit
4.      mengobservasi tanda-tanda vital (terutama suhu tubuh)
5.      mengawasi dan kontrol temperatur inkubator sesuai kebutuhan
6.      melakukan terapi berdasarkan anjuran dokter
7.      menghindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh
8.      mengganti laken dan popok apabila basah dan kotor


CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal          : 06 Juni 2012
S                      : -
O                     :Keadaan umum lemah, tangis kuat,gerak aktif, akral dingin.
                        Pernapasan: 52 kali permenit
                        nadi:138 kali permenit
                        suhu:35,4ºc.
                        Bayi diletakkan dalam inkubator dengan suhu inkubator 33ºc
                        BAB mekonium 2 kali sehari, BAK 5 kali ganti popok bila penuh.
Kembung (-), muntah (+) kurang lebih 3 cc, ikterik (+).
                        Reflek hisap dan menelan baik, sonde 8x5cc/hari.
                        Infus dextrose 10%+1cc aminopilin 6 tetes/menit.
                        Terapi: cefotaxime 2x100 mg, ampicilin 2x125mg,ondansetron 0,085mg.
A                     : Resiko gangguan kurang nutrisi
  Resiko gangguan kebutuhan kenyamanan termoregulasi (hipotermia)
P                      : lanjutkan rencana tindakan
                        Pemberian obat:
a.       Cefotaxime                       2x100mg
b.      Ampicilin                          2x125mg
c.       Dextrose                            3x1/6 aminopilin
d.      Ondansetron                     0,085 mg (jika muntah)



Tanggal          : 07 Juni 2012
S                      : -
O                     :Keadaan umum lemah, tangis kuat,gerak aktif.
                        Pernapasan:48 kali permenit
                        nadi:120 kali permenit
                        suhu:36,2ºc.
                        Bayi diletakkan pada inkubator dengan suhu inkubator 32,5ºc.
                        BAB mekonium 2 kali sehari, BAK 5 kali ganti popok bila penuh.
                        Kembung (-), muntah (+) kurang lebih 3 cc, ikterik (+).
                        Reflek hisap dan menelan baik, sonde 8x7cc/hari.
                        Infus dextrose 10%+1cc aminopilin 6 tetes/menit.
                        Terapi: cefotaxime 2x100 mg, ampicilin 2x125mg,ondansetron 0,085mg.
A                     :Resiko gangguan kebutuhan kenyamanan termoregulasi (hipotermia)
P                      : lanjutkan rencana tindakan
                        Pemberian obat:
a.       Cefotaxime           2x100mg
b.      Ampicilin              2x125mg
c.       Dextrose                3x1/6 aminopilin
d.      Ondansetron         0,085 mg (jika muntah)


Tanggal          : 08 Juni 2012
S                      : -
O                     :Keadaan umum lemah, tangis kuat,gerak aktif.
                        Pernapasan:42 kali permenit
                         nadi:136 kali permenit
                        suhu:36,4ºc.
                        Pasien ditempatka pada inkubator dengan suhu inkubator 32ºc.
                        BAB mekonium 2 kali sehari, BAK 5 kali ganti popok bila penuh.
                        Kembung (-), muntah (-) kurang lebih 3 cc, ikterik (-).
                        Reflek hisap dan menelan baik, sonde 8x10cc/hari.
                        Infus dextrose 10%+1cc aminopilin 6 tetes/menit.
                        Terapi: cefotaxime 2x100 mg, ampicilin 2x125mg.
A                     :  Resiko gangguan termoregulasi (hipotermia)
P                      : lanjutkan rencana tindakan
                        Pemberian obat:
a.       Cefotaxime           2x100mg
b.      Ampicilin              2x125mg
c.       Dextrose                3x1/6 aminopilin
 
DAFTAR PUSTAKA

Dep.Kes RI.1994. Pedoman Penanganan Kegawatdaruratan
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Wiknga Gulardih, dkk.2007. Asuhan Perawatan Nneonatal. Jakarta
Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka

Comments

Popular posts from this blog

PRINSIP PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN KEBIDANAN

PRINSIP PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN KEBIDANAN 1. Prinsip Pendokumentasian a. Pengertian : Prinsip adalah suatu hal yang diyakini, yang mendasari sesuatu hal tersebut. Yang sifatnya tidak bisa dirubah. Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi, data fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan (Management Kebidanan Depkes RI, 1995) . Manajemen Kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan yang memberikan arah / kerangka kerja dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya. Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien Prinsip Dokumentasi Manajemen Kebidanan, adalah Suatu hal

Asuhan Nifas Pada Minggu Ke 2 Post Partum

Asuhan Nifas Pada Minggu Ke 2 Post Partum A.    Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin, 2006). Tahap Masa Nifas, Nifas dibagi menjadi 3 periode : a.    Puerperium dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan b.    Puerperium inter medial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu c.    Remot puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu, berbulan – bulan dan bertahun – tahun. B.     Tujuan Asuhan Masa Nifas 1.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik. 2.    Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi ke

PYELONEFRITIS AKUT KRONIS

PYELONEFRITIS AKUT KRONIS A.      Definisi Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668) Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal. Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu : 