ASUHAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN PADA BAYI Ny. Nur DENGAN MASALAH KEBUTUHAN KENYAMANAN TERMOREGULASI
(HIPOTERMIA) DI RUANGAN NEONATUS RSUD AHMAD YANI METRO TAHUN 2012
- BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur.
Bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah dibagi menjadi 2 golongan:
a. Prematuritas
Murni
Bayi
baru lahir dengan umur kehamilan dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang
Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).
b. Dismaturitas
Bayi
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm dan post term. Dismatur ini dapat
juga = Neonatus Kurang Bulan – Kecil
untuk masa kehamilan (NKB-KMK), Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan
(NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan - Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).
- HIPOTERMIA
A.
Definisi Hipotermia
1) Dep.kes.RI.1994
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360c.
2) Sarwono
Prawirohardjo : 2002
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh dibawah 36,50
C
3) menurut
Indarso, F, 2001
hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
4) menurut
Sandra M.T. (1997)
hipotermi
yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
B.
Prinsip Hipotermia
Suhu tubuh normal bayi
baru lahir berkisar 36,50c – 37,50c pada pengukuran suhu
ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu tubuh <36 sup="sup">036>
c atau
kedua kaki teraba dingin. Bila suhu tubuh teraba dingin maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang (320c - 360c), disebut
hipotermia berat apabila suhu tubuh <32 sup="sup">032>c. Untuk mengukur suhu
hipotermia di perlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang
dapat mengukur sampai 250c. Di samping suatu gejala, hipotermia
dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
metabolik anaerobik, meningkatkan kebutuhan okksigen, mengakibatkan hipoksemia
dan berlanjut dengan kematian.
(Sarwono prawirohardjo 2002).
Etiologi
terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan
lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan
luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3. Cadangan
glikogen dan brown fat sedikit.
4. BBL
(Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan. (Indarso, F, 2001).
5. Kurangnya
pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami
hipotermia. ( Klaus, M.H et al, 1998).
C.
Mekanisme Kehilangan Panas Pada
Bayi Baru Lahir
1.
Radiasi
Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi)
ke obyek yang dingin dan objek tidak langsung berhubungan dengan bayi. Contoh :
timbangan bayi dingin tanpa alas, udara dingin.
2.
Konduksi
Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas
ke obyek yang dingin. Contoh: pakaian bayi yang basah dan tidak cepat di ganti,
tangan bidan / perawat yang dingin, tempat
tidur atau stetoskop.
3.
Konveksi
Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara
sekelilingnya. Contoh:bayi diletakkan didekat pintu atau jendela yang terbuka.
4.
Evaporasi
Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi(menguap) air
dari kulit tubuh bayi.Contoh cairan amnion pada bayi baru lahir. (Indarso, F,
2001).
D.
Penyebab Terjadinya Hipotermia
1.
Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi sempurna
2.
Permukaan tubuh bayi relatif luas
3.
Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan dan
menyimpan panas
4.
Bayi belum mampu mengatur suhu posisi tubuh dan pakaian
agar tidak kedinginan
E.
Penilaian Hipotermia Bayi Baru Lahir
1.
Gejala hipotermia bayi baru lahir
a.
Bayi tidak mau minum/menyusui
b.
Bayi tampak lesu atau selalu mengantuk
c.
Tubuh bayi teraba dingin
d.
Dalam keadaan hipotermia berat denyut jantung janin
menurundan kulit tubuh bayi mengeras(skelerema) terutama bagian punggung,
tungkai, dan lengan
e.
Wajah bayi berwarna mewrah terang
f.
Hipotermia menyebabkan terjadinyaperubahan metabolisme
tuubuh yang akan berakhir dengan kegagalan
fungsi jantung, ikterus dan kematian
2.
Tanda-Tanda Hipotermia Sedang (stres dingin)
a.
Aktivitas berkurang (letargis)
b.
Tangisan lemah
c.
Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
d.
Kemampuan menghisap lemah
e.
Kaki teraba dingin
f.
Jika berlanjut akan timbul cidera dingin
3.
Tanda-Tanda Hipotermia Berat (cidera dingin)
a.
Sama dengan hipotermia sedang
b.
Bibir dan kuku kebiruan
c.
Pernafasan lambat
d.
Pernafasan tidak teratur
e.
Bunyi jantung lambat
f.
Akan timbul hypoglikemia dan asidosis metabolik
4.
Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermia
a.
Muka, ujung kaki, dan tangan berwarna merah terang
b.
Bagian tubuh lainnya pucat
c.
Kulit mengegras merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema)
(Sarwono 2002)
F.
Akibat Hipotermia
1.
Hipoglikemia asidosis metabolik.
2.
Kebutuhan oksigen meningkat.
3.
Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
4.
Shock.
G.
Penanganan
1.
Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir untuk
mencegah terjadinya serangan dingin, setiap bayi baru lahir harus segera
dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih ( sebaiknya handuk dihangatkan
terlebih dahulu ). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat mulai
kepala kemudian seluruh tubuh.
2.
Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh
bayi stabil untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan
penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
a. Pada
bayi lahir cukup bulan ( berat= 2500 gram ) langsung menagis kuat, maka
memandikan bayi ditunda selama ±24 jam setelah setelah kelahiran pada saat
memandikan bayi, sebaiknya menggunakan air hangat.
b. Pada
bayi lahir dengan resiko ( berat < 2000 gram ), sebaiknya memandikan bayi
ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik ( suhu tubuh stabil ), bayi
sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
3.
Mengangatkan bayi didalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu.
4.
Ruang persalinan yang hangat.
5.
Resusitasi yang hangat.
6.
Pakaian dan lokasi tidur yang layak.
7.
Kontak antara bayi dan ibu.
Bayi diletakkan
telungkup didada ibu agar terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi.
Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalm satu
pakaian ( merupakan teknologi tepat guna baru ) disebut sebagai metode kanguru.
Sebaiknya ibu menggunkan pakaian longgar berkancing depan.
8.
Pemberian infus glukosa.
Biasanya bayi
hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI
sedikit-sedikit dan sering mungkin. Bila bayi tidak menhisap, diberi infus
glukosa 10 % sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
H.
Manajemen
Dalam lingkungan pusat pelayanan kesehatan, diagnosis
hipotermia dilakukan dengan mencatat suhu tubuh yang sebenarnya, yaitu dengan
pengukuran melalui rektal, suhu rektal sangat akurat. Untuk mengetahui
perkembangan, pantau temperatur setiap setengah jam sekali sampai suhu tubuh
mencapai 36,5ºC. Kemudian setiap jam untuk 4 jam kemudian, 2 jam sekali untuk
12 jam kemudian dan 3 jam sekali untuk perawatan rutin.
Hipotermia sedang ( 32ºC -36ºC ) kontak kulit sebaiknya
dilakukan diruangan tempat tidur hangat, penggunaan inkubator juga dapat
dilakukan. Pemantauan setiap 15-30 menit sekali.
Hipotermia berat ( < 32ºC ) dapat menggunakan inkubator
dengan suhu 34ºC -36ºC, dan jika suhu bayi telah mencapai 34ºC maka panas
inkubator harus dikurangi, dapat pula menggunakan lampu pijar 200 watt atau
lampu infra merah.
BAB II
TEORI MASALAH KEBUTUHAN DASAR
A. Definisi
termoregulasi
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan
antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu
tubuh didalam batas-batas normal.
B. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Termoregulasi
1. Faktor
situasi ( personal, lingkungan ).
2. Faktor
suhu tubuh.
3. Benda-
benda yang basah dan dingin ( pakaian, tempat tidur ).
4. Permukaan
tubuh yang basah.
5. Pakaian
yang tidak sesuai dengan cuaca.
C. Penatalaksanaan
1. Jika
suhu tubuh dibawah normal ( hipotermia )
a.
Pasang selimut
b.
Pasang tutup kepala
c.
Kaji sumber-sumber lingkungan untuk mencegah kehilangan
panas
d.
Letakkan bayi dalam inkubator dengan suhu sesuai
kebutuhan
2. Jika
suhu diatas normal ( hipertermia )
a.
Lepaskan selimut
b.
Lepaskan tutup kepala jika dikenakan
c.
Kaji suhu lingkungan
d.
Berikan kompres hangat
BAB III
HASIL PENGKAJIAN PASIEN
A.
IDENTITAS PASIEN
1.
Data Subyektif
a. Identifikasi
pasien
Nama : By. Ny.Nur Berat Badan : 1.800 Kg
Umur : 4 Hari Panjang Badan :
45 Cm
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal
Lahir : 2 Juni 2012
Anak
Ke : Ke-2 Tanggal
Masuk : 2 Juni 2012
Alamat : Sukorahayu Diagnosa Medis : BBLR
b. Keluhan
utama
Akral
dingin
c. Riwayat
penyakit
Pasien
dengan BBLR dengan riwayat persalinan partus normal dengan usia saat pengkajian
3 hari pada tanggal 6 juni 2012 pasien masih hipotermia, akral dingin dan
cyanosis pada ujung kaki. RR= 60 x/menit, HR= 135 x/menit, Temperatur= 35,4ºC.
d. Data
Biopsikososial
1)
Pola minum
Jumlah :
8 CC
Jenis :
susu PASI
Frekuensi : per 3 jam
2)
Pola eliminasi BAB
Jenis : mekonium
Frekuensi : 2 kali sehari
3)
Pola eliminasi BAK
Jenis :
kuning
Frekuensi : 2 kali sehari
4)
Personal hygiene
Mandi :
secara dilap 2 kali sehari pagi dan sore
5)
Anal Hygiene
Dibersihkan
dengan kapas lembab steril setelah buang air besar dan buang air kecil
6)
Oral hygiene
Dibersihkan
dengan kapas lembab setelah pemberian ASI/PASI
2.
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan umum
1.
Keadaan umum
Lemah, tangis kuat, gerak aktif, cyanosis
pada ujung kaki, akral dingin.
2.
Kesadaran
Composmentis
3.
Tanda-tanda vital
Suhu : 35,4ºC
RR : 60 x/menit
HR : 135 x/menit.
4.
Berat Badan
1.800 gram
b.
Pemeriksaan fisik
1.
Rambut
Inspeksi : warna hitam
Palpasi : tekstur halus
2.
Mata
Konjungtiva : agak kuning
Sklera : ikterik
Klopak : cembung
3.
Hidung
Eksternal : simetris
Kepatenan : paten
Mukosa : lembab
Polip : tidak ada
4.
Mulut
Bibir : kering
Mukosa : normal, merah muda
Gigi : belum tumbuh
Gusi : normal
5.
Telinga
Posisi : simetris
Keadaan : bersih
Warna : kemerahan
6.
Leher
Otot leher : normal
Kelenjar
tiroid :
tidak ada pembesaran
7.
Dada
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : terdengar bunyi jantung lupdup, suara nafas vaskuler.
8.
Abdomen
Inspeksi : kulit tidak ada parut, bentuk simetris, tidak ada lesi.
9.
Ektremitas atas
Tidak ada
edema, akral dingin.
10. Ektremitas
bawah
Tidak edema,
akral dingin.
11. Gentalia
Tidak ada edema
dan tidak ada lesi
12. Refleksi
hisap dan menelan
Cukup baik
tetapi menelan kurang baik
13. Reflek
hisap bayi
a.
reflek mencari puting (rooting)
b.
reflek menggenggam ( babinski)
c.
reflek moro/startie (terkejut)
d.
reflek menghisap (sucking)
e.
reflek ametrik tonik/tonok leher
f.
reflek melangkah (stepping)
c.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
laboratorium tanggal 06 juni 2012
1. Pemeriksaan kadar bilirubin
Normal
Bil indirek 9,89 mg/dl 00- 0,70
Bil direk 0,23 mg/dl 00- 0,20
Bil total 10,12 mg/dl 01- 1,20
WBC 8,3 109
/ L
RBC 4,49 10
/ L
HGB 16,9 g/dl
HCT 48,5 %
MCV 108 FL
MCH 37,6 Pg
MCHF 34,8 g/dl
PLT 395 109
/ L
MON 1,8 109
/ L
GRA 3,5 109
/ L
LYM% 36,1 %
MON% 21,7 %
GRA% 42,2 %
RDW CV 13,8 %
RDW CD 59,8 FL
PDW 17,1
MPV 7,5 FL
P.LCR 0,229
PCT O,296 %
2. Terapi berdasarkan anjuran dokter
a.
Tanggal 06 juni 2012
Diberikan
pukul 10.00 dan 22.00
1.
Cefotaxime 2x100
mg
2.
Ampicilin 2x125
mg
3.
Dextrose 3x
1/6 ampicilin
4.
Ondansetron 0,085 mg (jika bayi muntah)
B.
MASALAH PASIEN DAN DATA PENDUKUNG
Diagnosa : BBLR
Masalah : Bayi
usia 4 hari dengan gangguan kebutuhan kenyamanan termoregulasi (hipotermia).
Data subjektif : -
Data objektif :
1.
Kedaan umum lemah, akral dingin, dengan suhu tubuh
35,4ºC
2.
Cyanosis pada ujung kuku, sklera ikterik.
3.
Minum ASI/PASI 8cc per 3 jam.
4.
Terpasang infus dextrose ¼ s + 1cc aminopilin.
5.
Kulit tipis dan transparan.
6.
Terpasang NGT
7.
Klien dalam inkubator dengan suhu inkubator 33ºC
Intervensi :
1.
Awasi tanda-tanda hipotermi
2.
Tempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu 33ºC
3.
Kaji akral dan warna kulit
4.
Observasi tanda-tanda vital (terutama suhu tubuh)
5.
Awasi dan kontrol temperatur inkubator sesuai kebutuhan
6.
Hindari bayi daripengaruh yang dapat menurunkan suhu
tubuh
7.
Ganti laken dan popok apabila basah dan kotor
8.
Terapi berdasarkan anjuran dokter
a.
Cefotaxime 2x100mg
b.
Ampicilin 2x125mg
c.
Dextrose 3x1/6 aminopilin
d.
Ondansetron 0,085
Implementasi
1.
mengawasi tanda-tanda hipotermi (suhu btubuh <36 c="c" p="p">
2.
menempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu 33ºC
3.
mengkaji akral dan warna kulit
4.
mengobservasi tanda-tanda vital (terutama suhu tubuh)
5.
mengawasi dan kontrol temperatur inkubator sesuai
kebutuhan
6.
melakukan terapi berdasarkan anjuran dokter
7.
menghindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan
suhu tubuh
8.
mengganti laken dan popok apabila basah dan kotor
CATATAN
PERKEMBANGAN
Tanggal : 06 Juni 2012
S : -
O :Keadaan umum lemah, tangis
kuat,gerak aktif, akral dingin.
Pernapasan: 52 kali
permenit
nadi:138 kali permenit
suhu:35,4ºc.
Bayi diletakkan dalam
inkubator dengan suhu inkubator 33ºc
BAB mekonium 2 kali
sehari, BAK 5 kali ganti popok bila penuh.
Kembung (-),
muntah (+) kurang lebih 3 cc, ikterik (+).
Reflek hisap dan menelan
baik, sonde 8x5cc/hari.
Infus dextrose 10%+1cc
aminopilin 6 tetes/menit.
Terapi: cefotaxime 2x100
mg, ampicilin 2x125mg,ondansetron 0,085mg.
A : Resiko gangguan kurang
nutrisi
Resiko gangguan kebutuhan kenyamanan termoregulasi
(hipotermia)
P : lanjutkan rencana
tindakan
Pemberian obat:
a.
Cefotaxime 2x100mg
b.
Ampicilin 2x125mg
c.
Dextrose 3x1/6
aminopilin
d.
Ondansetron 0,085 mg (jika muntah)
Tanggal : 07 Juni 2012
S : -
O :Keadaan umum lemah, tangis
kuat,gerak aktif.
Pernapasan:48 kali
permenit
nadi:120 kali permenit
suhu:36,2ºc.
Bayi diletakkan pada
inkubator dengan suhu inkubator 32,5ºc.
BAB mekonium 2 kali
sehari, BAK 5 kali ganti popok bila penuh.
Kembung (-), muntah (+)
kurang lebih 3 cc, ikterik (+).
Reflek hisap dan menelan
baik, sonde 8x7cc/hari.
Infus dextrose 10%+1cc
aminopilin 6 tetes/menit.
Terapi:
cefotaxime 2x100 mg, ampicilin 2x125mg,ondansetron 0,085mg.
A :Resiko gangguan kebutuhan
kenyamanan termoregulasi (hipotermia)
P : lanjutkan rencana
tindakan
Pemberian obat:
a.
Cefotaxime 2x100mg
b.
Ampicilin 2x125mg
c.
Dextrose 3x1/6
aminopilin
d.
Ondansetron 0,085
mg (jika muntah)
Tanggal : 08 Juni 2012
S : -
O :Keadaan umum lemah, tangis
kuat,gerak aktif.
Pernapasan:42 kali
permenit
nadi:136 kali permenit
suhu:36,4ºc.
Pasien ditempatka pada
inkubator dengan suhu inkubator 32ºc.
BAB mekonium 2 kali
sehari, BAK 5 kali ganti popok bila penuh.
Kembung (-), muntah (-)
kurang lebih 3 cc, ikterik (-).
Reflek hisap dan menelan
baik, sonde 8x10cc/hari.
Infus dextrose 10%+1cc
aminopilin 6 tetes/menit.
Terapi: cefotaxime 2x100
mg, ampicilin 2x125mg.
A : Resiko gangguan termoregulasi (hipotermia)
P : lanjutkan rencana
tindakan
Pemberian obat:
a.
Cefotaxime 2x100mg
b.
Ampicilin 2x125mg
c.
Dextrose 3x1/6
aminopilin
DAFTAR
PUSTAKA
Dep.Kes
RI.1994. Pedoman Penanganan Kegawatdaruratan
Saifudin, Abdul Bari.
2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina
Pustaka
Wiknga Gulardih,
dkk.2007. Asuhan Perawatan Nneonatal. Jakarta
Sarwono. 2009.
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka
36>
Comments
Post a Comment